PEMBAHASAN
A.
Hadist Pada Abad Pertama Hijriyah
Periode
ini dibagi menjadi dua fase, yaitu : pertama pada masa Rasulullah SAW; dan kedua , masa sahabat dan tabiin
1.
Hadist
pada masa Rasulullah SAW.
a.
Cara
sahabat menerima Hadist pada masa Rasulullah
Ada
empat cara yang ditempuh oleh para sahabat untuk mendapatkan hadist nabi
muhammad SAW yaitu :[1]
1)
Mendatangi
majelis taklim yang diadakan Rasulullah Saw. Rasulullah Saw selalu memyediakan
waktu waktu khusus untuk mengajarkan agama Islam kepada para sahabat. Para
sahabat salalu berusaha untuk menghadiri majelis taklim tersebut meskipun
mereka juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Apabila mereka berhalangan ,
maka mereka bergantian menghadiri majelis tersebut, sebagaimana yang dilakukan
Umar dan tetangganya. Yang hadir memberi tahu informasi yang mereka dapatkan
kepada yang tidak hadir.
2)
Terkadang
Rasulullah Saw sendiri menghadapi beberapa peristiwa tertentu,kemudian beliau
menjelaskan hukumnya kepada sahabat. Apabila para sahabat yang hadir
menyaksikan peristiwa itu jumlahnya banyak, maka berita tentang peristiwa itu
akan segera tersebar luas. Namun apabila yang hadir hanya sedikit, maka
rasulullah memerintahkan mereka untuk memberitahukannya kepada sahabat lain
yang tidak hadir.
3)
Terkadang
terjadi sejumlah peristiwa pada diri sahabat , kemudian mereka menanyakan
hukumnya kepada rasululah dan Rasululah memberikan fatwa atau penjelasan hukum
tentang peristiwa tersebut.
4)
Para
sahabat terkadang menyaksikan Rasulullah melakukan suatu perbuatan yang
berkaiatan dengan tata cara pelaksanaan ibadah seperti shalat, zakat, puasa
haji dsb.sahabat yang menyaksikan perbuatan trsebut kemudian menyampaikan
kepada yang lainya atau generasi sesudahnya.
b.
Penulisan
hadis pada masa Rasululah SAW
Pada
masa Rasulullah keadaan hadist berbeda dengan Alquran.yang belum ditulis secara
resmi.Terdapat beberapa keterangan dan argumentasi yang kadang kadang satu
dengan yang lainya saling bertentangan .diantaranya adalah:
1)
Larangan
menulis Hadis
Terdapat sejumlah hadis Nabi SAW yang melarang
para sahabat menuliskan hadist .Di antara hadist tersebut adalah hadist yang
berasal dari Said al Khudri :
لا تكتبو ا عني غير القرأن ومن كتب عني غير
القرأن فليمحه- رواه مسلم
.
Artinya:
"Nabi muhammad Saw bersabda: Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu
dengar dari aku selain Al- Quran. Dan barang siapa yang lelah menulis sesuatu
dariku selain Al- Quran, hendaklah dihapuskan. " (HR. Muslim)
Ø Larangan menuliskan hadist terjadi pada
masa awal islam yang ketika itu dikhawatirkan terjadi pencampuradukan antara
hadist dengan alquran.Tetapi setelah umat islam bertambah banyak dan mereka
telah dapat membedakan antara hadist dan alquran, maka hilanglah kekhawatiran
itu dan mereka diperkenankan untuk menuliskannya.
Ø Larangan tersebut ditujukan terhadap mereka
yang memiliki hafalan yang kuat,sehingga mereka tidak terbebani dengan tulisan;
sedangkan kebolehan diberikan kepada mereka yang hafalannya yang kurang baik.
Ø Larangan tersebut sifatnya umum, sedangkan
kebolehan menulis diberikan khusus kepada mereka yang pandai membaca dan
menulis sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menuliskannya.
2) Perintah (kebolehan) menuliskan Hadis
Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang memerintahkan atau membolehkan
menuliskan hadis diantanya adalah:
Dari Anas Ibn Malik bahwa dia berkata, Rasullullah SAW bersabda: “
Ikatlah ilmu itu dengan tulisan (menuliskannya).
3) Sikap para ulama dalam menghadapi
kontroversi Hadis- hadis mengenai penulisan hadis. ‘Ajjaz al Khatib menyimpulkan
ada beberapa pendapat yang berpariasi dalam rangka mengkompromikan dua kelompok
hadist yang terlihat saling bertentangan dalam hal penulisan tersebut yakni
:[2]
c. Faktor-faktor yang menjamin kesinambungan
hadist
Ada beberapa faktor yang menjamin kesinambungan
hadist, antara lain:
ü Quwwat al-dzakirah( kuatnya hafalan para
sahabat )
ü Kehati-hatian para sahabat dalam
meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW.
ü Kehati-hatian para sahabat dalam menerima
hadist.
ü Pemahaman terhadap ayat alquran surat Al hijr: 9. Yang artinya “Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.”[3]
B.
Hadist Pada Masa Sahabat dan Tabi’in
a)
Pengertian Sahabat dan Tabi’in
Kata sahabat (arabnya: sahabat ) menurut bahasa adalah
Musytaq (pecahan) dari kata shuhbah yang berarti orang yang menemani yang lain,
tanpa ada batasan waktu dan jumlah. Muhammad Jamal al din alqasimi mengatakan
bahwa yang disebut sahabat adalah orang yang pernah bertemu dengan nabi
Muhammad Saw walaupun sesaat, dalam keadaan beriman kepadanya baik meriwayatkan
hadist dari beliau ataupun tidak. Sedangkan pengertian Tabi’in adalah orang
yang pernah berjumpa dengan sahabat dan dalam keadaan beriman, serta meninggal
dalam keadaan beriman juga.
b)
Pemeliharaan Hadis Pada Masa Sahabat dan Tabi’in
Sejarah mencatat bahwa pada periode khulafa alrasyidin
, khususnya Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadist begitu sedikit dan lamban.
Hal ini disebabkan kecenderungan mereka secara umum untuk menyedikitkan
riwayat, disamping sikap hati-hati dan teliti para sahabat dalam menerima
hadist. Begitu juga dengan Ustman dan Ali yang tidak dengan mudah menerima
hadist dari orang lain. Ali mengatakan ,”Aku tidak ragu-ragu menerima hadist
yang langsung aku terima dari Rasulullah Saw. Tetapi jika orang lain yang
meriwayatkannya maka aku akan mengambil sumpah orang tersebut. Sikap
kesungguhan dan kehati-hatian juga ditunjukkan oleh para tabi’in yang datang
sesudah mereka. Mereka menganggap perlu untuk mengkonfirmasi hadist yang
diterima dari sahabat yang ada di Basrah dan Madinah.
c)
Masa Penyebarluasan Periwayatan Hadis
Wilayah kekuasaan Islam pada periode Utsman telah
meliputi seluruh jazirah Arabia, wilayah Syam (Palestina, Yordania, Siria, dan
Libanon), seluruh kawasan Irak, Mesir, Persia, dan kawasan Sanarkand.
Diantara kota-kota yang banyak terdapat para sahabat dan aktifitas
periwayatan hadist adalah:[4]
1) Madinah
Di kota ini terdapat para sahabat yang mempunyai ilmu
yang luas dan mendalam tentang hadist, diantaranya adalah Khulafa’ al Rasyidin,Aisyah,’Abdullah
bin Umar, Abu said al Khudri, Zaid bin Tsabit dan lainnya.
2) Mekkah
Setelah kota mekkah ditaklukan pada masa Nabi Muhammad
Saw, disana ditunjuk Muadz bin jabal sebagai guru yang mengajari para penduduk setempatn tentang masakah halal
dan haram dan memperdalam pengetahuan mereka mengenai ajaran Islam dan sumber
sumbernya yaitu Alquran dan hadist. Dikota ini muncul juga para ulama hadist
seperti Mujahid, ‘Atha bin Abi Rabah, Thawus ibn Kisan, Ikrimah maula ibn
Abbas, dll.
3) Kufah
Setelah Irak ditaklukan pada masa Khalifah Umar ibn al
Khattab, dikota Kufah tinggal sejumlah besar sahabat, diantaranya Ali ibn abi
Thalib,Saad bin Abi Waqqash, Said ibn Zaid ibn ‘amr ibn Nufail,Abdullah bin
Mas’ud dll.
4) Basrah
Dikota Basrah terdapat sejumlah sahabat,seperti Anas
ibn Malik yang dikenal dengan Imam fi al Hadisth di Basrah, Abu Musa al asyari,
abdullah bin Abbas, dll. Juga melahirkan tokoh terkenal dari kalangan tabiin ,
seperti Al Hasan al Bashri, dan Muhammad ibn Sirrin.
d)
Penulisan Hadis Pada Masa Sahabat dan Tabi’in
Kegiatan penulisan hadis pada masa Rasul SAW bagi
mereka yang diberi kelonggaran oleh Rasul SAW untuk melakukannya, namun para
sahabat, pada umumnya menahan diri dari melakukan penulisan hadis dimasa
pemerintahan Khulafa al-Rasidin. Hal tersebut adalah karena besarnya keinginan
mereka untuk menyelamatkan Al- Qur’an Al- Karim dan sekaligus Sunah (Hadis),
Salah seorang sahabat yakni Umar menyatakan penolakannya terhadap penulisan
hadis adalah disebabkan adanya kekhawatiran berpalingnya umat Islam untuk
menuliskan suatu yang lain selain Al-Qur’an dan melontarkan kitab Allah
(Al-Qur’an). Justru itu beliau melarang umat Islam untuk menuliskan sesuatu
yang lain dari Al- Qur’an, termasuk hadis. Akan halnya Tabi’in, sikap mereka
dalam hal penulisan hadis adalah mengikuti jejak para sahabat. Hal ini tidak
lain adalah karena para Tabi’in memperoleh ilmu, termasuk didalamnya
hadis-hadis Nabi SAW adalah dari para sahabat. Akan tetapi tatkala Umar melihat
bahwa pemeliharaan terhadap alquran telah aman dan terjamin, Beliau pun mulai
menuliskan sebagian hadist nabi yang selanjutnya dikirimkan kepada sahabat dan
pegawainya.
C.
Hadis Pada Abad Ke II Hijriyah
Pada periode ini
hadis-hadis Nabi SAW mulai ditulis dan dikumpulkan secara resmi. ‘Umar ibn ‘Abd
al-Aziz, salah seorang khalifah dari dinasti Umayah yang mulai memerintah
dipenghujung abad pertama Hijriyah, merasa perlu untuk mengambil
langkah-langkah bagi penghimpunan dan penulisan hadis Nabi secara resmi, yang
selama ini berserakan didalam catatan dan hafalan para sahabat dan Tabi’in.
Terdapat beberapa Faktor-faktor yang mendorong pengumpulan dan
pengkodifikasian hadist pada periode ini diantaranya adalah :
I.
tidak adanya lagi penghalang untuk menuliskan dan
membukukan hadist, yaitu kekahawatiran bercampurnya hadist dengan Alquran .
Karena Alquran ketika itu telah dibukukan dan disebarluaskan
II.
munculnya kekhawtiran akan hilang dan lenyapnya hadist
karena banyaknya para sahabat yang meninggal dunia akibat usia lanjut dan karena
seringnya terjadi peperangan.
III.
Semakain maraknya kegiatan pemalsuan hadist yang
dilatarbelakangi oleh perpecahan politik dan perbedaan mazhab di kalangan umat
islam.
IV.
Semakin luasnya daerah kekuasaan Islam disertai dengan
semakin banyak dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi umat Islam.
Dengan tersebarnya Islam, terpencarnya sahabat dan
sebagian wafat, maka mulai terasa perlunya pembukuan hadits. Hal ini
menggerakkan khalifah Umar bin Abdul Aziz (menjabat th 99H-101H) untuk
memerintahkan para ulama untuk menghimpun dan mengumpulkan hadist terutama pada
Abubakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (qadhi Madinah) dan Muhammad bin Muslim
bin Ubaidillah bin Abdullah bin Syihab az Zuhri al-Madani (tokoh ulama Hijaz
dan Syam 124H).
Setelah kedua tokoh ini maka mulailah banyak yang
mengikuti mereka seperti Ibnu Juraij (150-H) dan Ibnu Ishaq (151-H) di Makkah;
Ma'mar (153-H) di Yaman; al-Auza'i (156-H) di Syam; Malik (179-H), Abu Arubah
(156-H) dan Hammah bin Salamah (176-H) di Madinah; Sufyan ats-Tsauri (161-H) di
Kufah; AbduLLAH bin Mubarak (181-H) di Khurasan; Husyaim (188-H) di Wasith;
Jarir bin abdul Hamid (188-H) di Ray,dan Abdullah ibn Wahab (125 H ) di Mesir.
Kitab yang mahsyur pada saat itu adalah :
Ø Mushannaf oleh Syu'bah bin al-Hajjaj
(160-H)
Ø Mushannaf oleh Al-Laits bin Sa'ad (175-H)
Ø Al-Muwaththa' oleh Malik bin Anas
al-Madani, Imam Darul Hijrah (179-H).
Ø Mushannaf oleh Sufyan bin Uyainah (198-H)
Ø Al-Musnad al Syafi’i oleh Imam asy-Syafi'i (204-H)
Ø Al Sirat an Nabawiyah oleh Ibn Ishaq.
D.
Hadist Pada Masa Ke-III Hijriah (Masa
Pemurnian, Penshahihan dan penyempurnaan Kodifikasi.)
Periode ini berlangsung pada masa Pemerintahan
Khalifah Al Ma’mun sampai pada awalpemerintahan khalifah Al-Muqtadir dari
kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Pada masa ini ulama memusatkan perhatian mereka
pada pemeliharaan keberadaan dan terutama kemurnian Hadist Nabi SAW, sebagai
antisipasi mereka terhadap pemalsuan Hadist yang semakin marak.
I.
Kegiatan Pemalsuan Hadist
Pada abad ke-II hijriah telah banyak melahirkan para
Imam Mujtahid di berbagai bidang, diantaranya dibidang Fiqih dan Ilmu Kalam.
Meskipun dalam beberapa hal mereka berbeda pendapat, akan tetapi mereka saling
merhormati. Akan tetapi memasuki abad ke-3 Hijriah , para pengikut
masing-masing imam berpendapat bahwa imam nya lah yang benar, sehingga
menimbulkan bentrokan pendapat yang semakin meruncing. Diantara pengikut
fanatik akhirnya menciptakan hadist-hadist palsu dalam rangka memaksakan
pendapat mereka.
Dan setelah Khalifah Al Ma’mun berkuasa mendukung
golongan Mu’tazilah. Perbedaan pendapat tentang kemakhlukan Al Qur’an dan siapa
yang tidak sependapat akan dipenjara dan disiksa, salah satu Imam yaitu Imam
Ahmad Bin Hambal yang tidak mengakuinya. Setelah pemerintahan Al Muwakkil, maka
barulah keadaan berubah positif bagi ulama.
II.
Upaya Pelestarian Hadist.
Diantara kegiatan yang dilakukan oleh para ulama
Hadist dalam rangka memelihara kemurnian Hadist Rasulullah SAW adalah :
v Perlawatan ke daerah-daerah
v Pengklsifikasian Hadist kepada : Marfu’
(disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw), Mawquf (disandrkan kepada sahabat ),
dan Maqthu’( disandarkan kepada tabi;in ).
v Penyeleksian kualitas Hadist dan
pengklasifikasian kepada : Shahih, Hasan, Dha’if.
III.
Tokoh-tokoh Pengumpul Hadist
Diantara tokoh-tokoh Hadist yang lahir pada masa ini
adalah :Ali Ibn Madany, Abu Hatim Ar Razy, Muhammad Ibn Jarir ath Thabary,
Muhammad Ibn Sa’ad, Ishaq Ibn Rahawaih, Ahmad, Al Bukhari Muslim, An Nasa’I,
Abu Daud, At Turmudzy, Ibnu Majah, Ibnu Qutaibah Ad Dainury
IV.
Bentuk penyusunan Kitab hadist pada Abad ke III
Hijriyah
·
Kitab Shahih, kitab ini hanya menghimpun hadist-hadist
sahih,sedangkan yang tidak shahih tidak dimasukkan kedalamnya.Penyusunannya
berbentuk Mushannaf, Yaitu penyajian berdasarkan bab masalah tertentu. Hadist
yang dihimpun menyangkut masalah fiqh ,aqidah ,akhlak ,sejarah dan tafsir
.Contoh : sahih Muslim dan sahih Bukhari.
·
Kitab Sunan. Didalam kitab ini dijumpai hadist yang
sahih dan juga hadit dhaif yang tidak terlalu lemah dan mungkar.Terhadap hadist
dhaif dijelaskan sebab kedhaifannya. Bentuk penyusunannya berbentuk Mushannaf
dan hadistnya terbatas hanya pada masalah fiqh . Contoh : Sunan Abu Dawud,
Sunan at Turmidzi, Sunan al Nasai, Sunan Ibn Majah dan Sunan al Darimi.
·
Kitab Musnad. Didalam kitab ini hadist disususn
berdasrkan nama perawi pertama. Urutan nama perawi pertama ada yang berdasrkan
nabi kabilah seperti bani hasyim dsb. Ada juga yang berdasarkan nama sahabat
berdasrkan urutan waktu memeluk Islam,dan ada yang berdasarkan hijaiyah dll.
Contoh : Musnad Ahmad ibn Hanbal, Musnad Abu qasim Albaghawi, dan musnab ustman
ibn abi syaibah.
E.
Hadist pada abad ke-IV sampai ke-V (Masa
Pemeliharaan, Penertiban, Penambahan, dan Penghimpunan).
1. Kegiatan
periwayatan Hadist pada periode ini.
Periode ini dimulai pada masa Khlifah Al Muktadir
sampai Khalifah Al Muktashim. Meskipun kekuasaan Islam Pada periode ini mulai
melemah dan bahkan mengalami keruntuhan pada abad ke-7 Hijriah akibat serangan
Hulaqu Khan, Cucu dari Jengis Khan. Kegiatan para Ulama Hadist tetap berlansung
sebagaimana periode-periode sebelumnya, hanya saja hadist-hadist yang dihimpun
pada periode ini tidaklah sebanyak penghimpunan pada periode-periode
sebelumnya, kitab-kitab hadist yang dihimpun pada periode ini diantaranya
adalah :
§ Al Shahih oleh Ibn Khuzaimah.(313 H)
§ Al Anma’wa al Taqsim oleh Ibn Hibban (354
H)
§ Al Musnad oleh Abu Amanah ( 316 H)
§ Al Mustaqa oleh Ibn Jarud.
§ Al Mukhtarah oleh Muhammad Ibn Abd Al Wahid
al Maqdisi.
Setelah Lahirnya karya-karya diatas maka kegiatan para
ulama berikutnya pada umumnya hanyalah merujuk pada karya–karya yang telah ada
dengan bentuk kegiatan mempelajari, menghafal, memeriksa dan menyelidiki
sanad-sanadnya dan matannya.
2. Bentuk
Penyusunan Kitab Hadist pada masa periode ini:
Para Ulama Hadist Periode ini memperkenalkan sitem
baru dalam penusunan Hadist , yaitu :
a). Kitab Athraf, didalam kitab ini penyusunannya
hanya menyebutkan sebagian matan hadist tertentu, kemudian menjelaskan seluruh
sanad dari matan itu, baik dari sanad kitab hadist yang dikutib matannya
ataupun dari kitab-kitab lainya contohnya :
1. Athraf Al Shahihainis, oleh Al Dimasyqi (400 H)
2. Athraf Al Shahihainis, oleh Abu Muhammad khalaf Ibn Muhammad al
Wasithi
(401 H)
3. Athraf Al Sunnah al arrba’ah, oleh Ibn Asakir al dimasyqi (571 H)
4. Athraf Al Kutub al Sittah, oleh Muhammad Ibn Tharir al Maqdisi ( 507
H)
b). Kitab Mustadhrak, Kitab ini memuat matan Hadist
yang diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim, atau keduanya atau lainnya, dan
selanjutnya penyusun kitab ini meriwayatkan matan hadist tersebut dengan
sanadnya sendiri, conntoh :
1. Mustadhrak Shahih Bukhari , oleh Jurjani
2. Mustadhrak Shahih Muslim, oleh Abu Awanah (316 H)
3. Mustadhrak Bukhari Muslim, oleh Abu bakar Ibn Abdan al Sirazi (w.388
H)
c). Kitab Mustadhrak, Kitab ini menghimpun
hadist-hadist yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau yang memiliki
salah satu dari keduanya, contoh :
1. Al Mustdhrak oleh Al Hakim ( 321-405 H)
2. Al Ilzamat , oleh Al Daruquthni (306-385 H)
d). Kitab Jami’, Kitab ini menghimpun Hadist-hadist
yang termuat dalam kitab-kitab yang telah ada yaitu yang menghimpun hadsit
shahih Bukhari dan Muslim. Contohnya :Al Jami’ bayn al Shahihaini , oleh Ibn Al
Furat ( Ibn Muhammad Al Humaidi (w.414 H)).,Al Jami’ bayn al Shahihaini, oleh
Muhammad Ibn Nashir al Humaidi (488 H),Al Jami’ bayan al Shahihaini, oleh Al
Baqhawi (516 H)
F. Periode
Mengklasifikasikan dan Mensistematiskan Susunan Kitab-Kitab Hadist Abad ke V
sampai Sekarang
Usaha ulama ahli hadits pada abad ke V samapi sekarang
adalah ditujukan untuk mengklasifikasikan Hadits dengan menghimpun hadits-hadits
yang sejenis kandungannya atau sejenis sifat-sifat isinya dalam satu kitab
hadits. Disamping itu mereka pada men-syarahkan dan mengikhtishar kitab-kitab
hadits yang telah disusun oleh ulama yang mendahuluinya. seperti yang dilakukan
oleh Abu 'Abdillah al-Humaidi (448 H.) adapun contoh kitab-kitab hadits pada
periode ini antara lain:
v Sunan al-Kubra, Karya abu Bakar Ahmad bin
Husain 'Ali al-Baihaqy (384-458 H.)
v Muntaqa al-Akhbar, karya Majduddin
al-Harrany (652 H.)
v Fathu al-Bari Fi Syarhi al-Bukhari, Karya
Ibnu Hajar al-'Asqolany (852 H.).
v Nailu al-Awthar, Syarah kitab Muntaqa
al-Akhbar, karya al-Imam Muhammad bin Ali al-Syaukany (1172- 1250 H.)
v Hadits dimasa abad V H sampai sekarang
hanya ada sedikit tambahan dan modifikasi kitab-kitab terdahulu. Sehingga
karya-karya ulama hadits abad kelima lebih luas, simple dan sistematis.
Diantara mereka adalah :
v Abu Abdillah al-Humaidi tahun 448 H beliau
mengumpulkan 2 kitab sahih sesuai urutan sanad.
v Abu Sa’adah Mubarak bin al-‘Asyir tahun 606
H beliau mengumpulkan enam kitab hadis dengan urutan bab.
v Nuruddin Ali al-Haitami beliau melengakapi
6 kitab dengan karangan-karangan lain ( selain
kutub al-sittah ).
v Al-Suyuthi tahun 911 H beliau menulis kitab
yang berjudul al-Jami al-Kabir
Dan muncul pula Kitab-kitab hadits targhib dan tarhib,
seperti :
v Al-Targhib wa al-Tarhib, karya al-Imam
Zakiyuddin Abdul ‘Adzim al-Mundziry (656 H.)
v Dalailu al-falihin, karya al-Imam Muhammad
Ibnu ‘Allan al-Shiddiqy (1057 H.) sebagai kitab syarah Riyadu al-Shalihin,
karya al-Imam Muhyiddin abi zakaria al-Nawawawi (676 H.)
v Pada periode ini para ulama juga
menciptakan kamus hadits untuk mencari pentakhrij suatu hadits atau untuk
mengetahui dari kitab hadits apa suatu hadits didapatkan, misalnya :
v al-Jami’u al-Shaghir fi Ahaditsi al-Basyiri
al-Nadzir , karya al-Imam Jalaluddin al-Suyuthy (849-911 H.)
v Dakhairu al-Mawarits fi Dalalati ‘Ala
Mawadhi’i al-Ahadits, karya al-Imam al-‘Allamah al-Sayyid Abdul Ghani al-Maqdisy
al-Nabulisy.
v Al-Mu'jamu al-Mufahras Li al-Alfadzi
al-Haditsi al-Nabawy, Karya Dr. A.J. Winsinc dan Dr. J.F. Mensing.
v Miftahu al-Kunuzi al-Sunnah, Karya Dr. A.J.
Winsinc.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyebab
dari Kodifikasi Hadist itu sendiri dikarenakan telah banyaknya para sahabat,
atau ulama penghapal hadist yang meninggal dunia.
2. Penyebab
Kedua adalah banyaknya beredar Hadist-hadist palsu sehingga perlunya kodifikasi
hadist yang mulai dilaksanakan secara perdana dan massal pada masa pemerintahan
Khalifah Umar Ibn Abdil Aziz. Yang mereka hanya memperkuat eksistensi golongan
dan ras mereka saja.
3. Pada
Kodifikasi Hadist ini melahirkan berbagai ulama dan tokoh-tokoh Seperti yang
kita kenal sampai sekarang yaitu Perawi Hadist-hadist shahih seperti Imam
Bukhari dan Muslim, Athurmudzi, Suanan Abu Daud, dan lain-lain yang masih banyak lagi.
4. Dari
sejarah kodifikasi hadist ini, kita bisa mengetahui kapan masa jaya, kapan masa
kodifikasi yang banyak memunculkan para ulama ahli hadist yang banyak
memhasilkan kitab-kitab hadist dan pada masa periode siapa kitab-kitab hadist
shahih bermunculan, mulai dari pertama kali di kodifikasi sampai pada masa
periode terakhir kemunduran islam itu sendiri.
TERIMA KASIH POSTINGANNYA BAPAK,SEMOGA MENJADI AMAL SOLEH PANJENENGAN,AMIIN.
BalasHapusMau tanya pak...ustadz...pengkata gorian 3abad adalah ulama salaf...itu dasarnya hadis apa qoul ulama...atas jawabanya saya haturkan trm ksh...
BalasHapusMau tanya pak bagaimana penulisan hadis masa sekarang pak mf y pak
BalasHapusPenulisan hadis pada masa sekarang bagaimna??
BalasHapusGa ada footnote dan daftar pustakanya ya pak??
BalasHapusBermanfaat sesuai apa yg di alami zaman sekarang
BalasHapusMau nanya kak,daftar pustaka nya ada ngga kak?
BalasHapus