Selasa, 12 April 2016

METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA

PEMBAHASAN
A.   Langkah-langkah operasional metode ilmiah
            Salah satu syarat dari ilmu pengetahuan ialah bahwa materi pengetahuan itu harus diperoleh melalui metode ilmiah. Ini berarti bahwa cara memperoleh pengetahuan itu menentukan apakah pengetahuan itu termasuk ilmiah atau tidak. Metode ilmiah tentu saja harus menjamin akan menghasilkan pengetahuan yang ilmiah, yaitu yang bercirikan objektivitas, konsisten, dan sistematik.
            Langkah-langkah operasionalnya sebagai berikut:
1)      Perumusan masalah
            Yang dimaksud masalah di sini adalah merupakan pertanyaan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang diteliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya. Contohnya saja ketika kita akan mambahas tentang pengaruh cahaya dan air terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan kecambah, jadi begini rumusan masalahnya: Apa pengaruh cahaya dan air terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau?.
2)      Penyusunan hipotesis
            Yang dimaksud hipotesis adalah suatu pernyatan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain hipotesis merupakan dugaan-dugaan sementara yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu observarsi atau eksperimentasi. Contoh hipotesis dari contoh rumusan masalah adalah: Cahaya akan memperlambat proses pertumbuhan kacang hijau. Maka kemungkinan tanaman kacang hijau yang disimpan di tempat terang akan  lebih lambat pertumbuhannya tetapi perkembangannya lebih baik. Sedangkan tanaman kacang hijau di tempat gelap akan lebih cepat tumbuh.
3)      Pengujian hipotesis
            Yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah di ajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. fakta-fakta ini dapat di peroleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau ekperimentasi. kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan melalui pengindraan.
Prosedur dan tata cara pengujian Hipotesis mencakup dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 
a.       tampilkan Hipotesis yang diuji dengan pernyataan Hipotesis Nol (H0) = Tidak terdapat pengaruh X terhadap Y dan Hipotesis Alternatif (H1) = Terdapat pengaruh X terhadap Y.
b.      untuk penelitian sosial : tentukan jumlah responden yang menjadi sampel penelitian untuk memperoleh angka pembanding pada t Tabel/F Tabel; untuk penelitian ekonomi tentukan jumlah sampel berdasarkan data time series.
c.       pilihlah taraf kepercayaan (degree of freedom-DF) atau alpha (?) p untuk memperoleh angka pembanding pada t Tabel/F Tabel.
d.      cara uji Hipotesis dilaksanakan dengan penghitungan statistik t/F hitung yang hasilnya dibandingkan dengan angka pembanding pada t/F Tabel.
e.       hasil pengujian Hipotesis : apabila t/F hitung dan t/F table maka H0 ditolak dan H1 diterima – artinya : Terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y;  tetapi apabila t/F hitung dan t/F table maka H0 diterima dan H1 ditolak– artinya : Tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
f.       bila terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y sama dengan terdapat hubungan kausalitas di antara  variabel X yang diposisikan sebagai variabel antecedent (yang mendahului, penyebab) dengan variabel Y yang diposisikan sebagai variabel Y yang diposisikan sebagai variabel konsekuensi (akibat, masalah, fenomena yang diteliti).
4)      Penarikan kesimpulan
            Penarikan kesimpilan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta. Untuk melihat untuk apakah hipotesis yang di ajukan itu di terima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima apa bila fakta-fakta yang terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak mendukung maka hipotesis itu di tolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah dan merupkan bagian dari ilmu pengetahuan.


            Keseluruhan langkah-langkah diatas harus ditempuh dengan melalui urutan yang teratur, di mana langkah satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Dari keterangan-keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis, berlaku umum dan kebenarannya telah diuji. Di mana kesimpulan didasarkan juga bagaimana kesimpulan itu cocok dengan gagasan sebelumnya atau hipotesis yang telah diajukan. Di dalam ilmu alamiah suatu kesimpulan bersifat sementara / tentatif; kesimpulan adalah sesuatu yang harus diuji. Pengujian seperti itu memerlukan data tambahan dengan demikian generalisasi baru akan diperoleh, dan terjadilah proses yang berkesinambungan, secara terus-menerus dan dengan demikian akan diperoleh kemajuan ilmu pengetahuan.

B.     Langkah-langkah penerapan metode ilmiah
            Adapun menurut Maskoeri Jasin (2000) langkah-langkah penerapan metode ilmiah sebagai berikut:
1.      Penginderaan
            Penginderaan merupakan langkah pertama dari metode ilmiah dan segala sesuatu yang tidak dapat diindera, tidak dapat diselidiki, walaupun penginderaan tidak selalu langsung, misalnyamengenai magnetisme dan inti atom tidak dapat kita indera secara langsung, tetapi efek-efeknya dapat ditunjukkan melalui alat-alat. Seperti halnya pikiran tidak dapat kita indera secara langsung, tetapi efeknya dapat ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku.
            Agar penginderaan itu tepat dan benar, maka perlu pengulangan dan pengulangan itu dapat dilakukan juga oleh orang lain. Penginderaan yang tepat adalah sulit, memerlukan waktu yang lama, dan setelah dicoba berkali-kali sering mengalami kegagalan. Setiap orang dapat melakukan penginderaan melalui kelima inderanya, tetapi penginderaan yang tepat sukar dilakukan, karena sering adanya prasangka yang melekat pada penginderaan itu. Tetapi penginderaan yang tepat itu dapat diperoleh dangan latihan dan menggunakan alat-alat bantu yang telah ditera atau di kalibrasi.


2.      Masalah atau problema
            Setelah melakukan penginderaan, maka langkah kedua adalah menemukan masalah. Dengan kata lain adalah membuat pertanyaan: Apakah yang ditemukan melalui penginderaan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan seterusnya. Penginderaan yang dilakukan oleh orang umum dan oleh ilmuwan jelas berbeda, karena ilmuwan menunjukkan kuriositas yang tinggi. Pertanyaan-pertanyaan seperti tersebut di atas hendaknya relevan dan dapat diuji dan pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.
            Secara umum untuk menemukan masalah digunakan pertanyaan “bagaimana?’ atau “apa?” pertanyaan “mengapa?” menimbulkan kesukaran, dan sering diganti “bagaimana?” atau pertanyaan “mengapa alam ini ada?” termasuk kategori tidak dapat diuji, sehingga hal itu tidak termasuk bidang IA.

3.      Hipotesis
            Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban, dan jawaban itu bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan. Dalam ilmu alamiah dugaan sementara itu disebut hipotesis. Untuk membuktikan apakah dugaan itu benar atau tidak, memerlukan fakta atau data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau eksperimen. Bila data itu tidak mendukung hipotesis, maka perlu disusun hipotesis baru. Hipotesis yang diajukan harus berdasarkan fakta yang ada sebelumnya, agar mudah dibuktikan maka harus bersifat sederhana dan memiliki jangkauan yang jauh dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam membuat hipotesis tidak boleh asal saja, tapi harus didasrai oleh pengetahuan sebelumnya.

4.      Eksperimen
            Eksperimen atau percobaan merupakan langkah ilmiah selanjutnya. Pada titik ini ilmu alamiah dan non ilmu alamiah dapat dipisahkan secara sempurna. Sebagian besar orang mengadakan penginderaan, menyusun petanyaan dan menduga jawabannya. Tetapi orang biasa akan berhenti sampai di situ saja. Sebaliknyan seorang ilmuwan tidak akan berhenti di situ saja, tetapi akan meneruskan pertanyaan “mana buktinya?”. Dalam sejarah cara demikian merupakan suatu cara untuk menghilangkan pendapat umum yang emosional, tidak didukung oleh bukti. Pendapat atau jawaban atas masalah yang tidak didukung oleh bukti merupakan ilusi dan tidak bijaksana. Eksperimen dapat menunjukkan bukti, sehingga jawaban bersifat dugaan itu menjadi jawaban yang benar atau ilmiah. Eksperimen yang baik harus dirancang dengan seksama, sehingga semua faktor dapat dikendalikan, dan hipotesis dapat diuji kebenarannya.

5.      Teori
            Bukti esperimen merupakan dasar langkah ilmiah berikutnya yaitu penyusunan teori.Apabila suatu hipotesis telah di dukung oleh bukti atau data yang meyakinkan dan bukti itu diperoleh dari berbagai eksperimen yang dilakukan di laboratorium,dimana yang dapat dipercaya dan valid,walaupun dengan keterbatasan tertentu,maka disusun suatu teori.Suatu teori akan berlaku selama belum ada kebenaran baru yang lebih benar.Jadi teori masih dapat dikaji kembali,begitu seterusnya.
            Dari contoh serangga yang telah dikemukakan menunjukan bukti kebenaran hipotesis dan didukung oleh bukti dari berbagai pengujian,disusunlah suatu teori : ”Serangga tertarik pada sinar yang memiliki panjang gelombang tertentu,tetapi tidak tertarik pada sinar yang memiliki panjang gelombang tertentu lainnya”
            Pernyataan ini lebih luas daripada eksperimen dilaboratorium. Selanjutnya teori itu berlaku di lain tempat dengan keterbatasan tertentu yakni asal kondisinya sama. Bila teori tersebut memiliki ramalan atau prediksi maka kemungkinan berlakunya menjadi luas. Dari teori hubungan sinar dengan serangga tersebut diatas dapat dikembangkan teori-teori baru atau memanfaatkan teori itu untukpertanian dan kesehatan,misalnya dikembangkan lampu anti serangga yang dipasang sekitar gudang biji-bijian,lampu perangkap nyamuk dan sebagainya.
            Percobaan-percobaan tersebut di atas akan menghasilkan beberapa kemungkinan, diantaranya: banar atau salah. Jika terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan berpikir, sehingga terbuka juga kemungkinan untuk memperbaikinya. Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memiliki suatu sistem yang di dalamnya terdapat potensi untuk mengoreksi diri, yang memungkinkan ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju ke arah kebenaran.


C.   Keunggulan metode ilmiah
            Seperti telah dijelaskan di muka ciri khas ilmu pengetahuan (termasuk IPA) sifatnya objektif, metodik sitematik dan berlaku umum. Itu akan membimbing kita pada sikap ilmiah yang terpuji sebagi berikut:
a)      Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjerumus ke arah hidup yang bahagia.
b)      Menyadari bahw kebenaran ilmu itu tidak absolut, hal ini dapat menjerumus ke arah mencari kebenaran itu terus menerus.
c)      Dengan ilmu pengetahuan, orang tidak percaya lagi dengan yang namanya takhayul, astrologi maupun untung-untungan karena segala sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui proses yang teratur.
d)     Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berpikir secara prasangka, tetapi berpikir terbuka dan objektif.
e)      Suka menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran.

D.   Keterbatasan ilmu alamiah
          Kita mengetahui bahwa panca indera kita juga mempunyai yang namanya keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta, sehingga tidak disangsikan lagi bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan adalah keliru sehingga kesimpulan dari fakta-fakta yang keliru itu juga akan keliru. Jadi, kemungkinan keliru dari suatu kesimpulan ilmiah tetap ada. Karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau dengan kata lain kebenaran ilmu pengetahuan termasuk IPA bersifat tentatif, artinya: sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak dan membuktikan kesalahan kesimpulan sebelumnya, maka kesimpulan itu dianggap benar. Metode ilmiah memang tidak sanggup menjangkau untuk menguji adanya Tuhan; metode ilmiah juga tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan berkenaan dengan baik dan buruk suatu sistem nialai, juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan serta rasa cinta.


BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan

          Kesimpulan dari semua ini adalah apabila seseorang ingin melakukan suatu penelitian, maka harus mematuhi metode ilmiah dan penerapannya serta langkah-langkah untuk mengoperasionalkannya. Tetapi yang terpenting dari yang namanya penelitian adalah eksperimen atau percobaan. Eksperimen dapat menunjukkan bukti, sehingga dapat menjadi jawaban yang benar atau ilmiah dan dipercaya oleh semua manusia. 

0 komentar:

Posting Komentar