Rabu, 06 April 2016

PEMIKIRAN PARA FILOSOF

PEMIKIRAN PARA FILOSOF




FILOSOF YUNANI
PLATO
Dalam keseimbangan logika dengan etika, menurut penulis kata-kata plato yang paling tepat adalah yang mengatakan bahwa kesengsaraan dunia tidak akan berakhir sebelum filosof menjadi raja atau raja menjadi filosof.
Titik temu dan keseimbangan yang dibicarakan di atas itulah yang menjadi kajian penilis sepanjang buku ini, oleh karena itu banyak orang yang mengatakan plato menginginkan negarawan  menjadi filsafat dan filosof menjadi negarawan.
Itu pula sebabnya plato membagi struktur sosial masyarakat menjadi tiga golongan besar, yaitu:
Kelompok filosof yang senantiasa memikirkan kebaikan termasuk mengkaji keberadaan sebagai suatu negara yang baik. Dari kelompok ini lahir kajian etika kebaikan mulai lahir yang berbicara tentang kebijaksanan dan moral.
Kelompok prajurit yang senantiasa memikirkan kebenaran, sehingga tugasnya mengawasi dan menjaga kebenaran. Dari kelompok ini lahirlah strategi perang, permainan politik yang pada gilirannya menjadi berbagai ilmu.
Kelompok masyarakat jelata yang menopang kehidupan ekonomirakyat seperti petani, buruh, tukang, pedagang, ibu-ibu dan anak-anak. Dari kelompok inilah serba serbi kehidupan yang multi dimensional,  dan karena keberagaman tersebut menjadi seni.
Aristoteles
Dalam sistem suatu pemerintahan, Aristoteles mendukung adanya segelintir masyarakat yang dianggap sebagai budak belian.karena dianggap sejalan dengan garis hukum alam, dan dia walaupun bukan percaya pada kerendahan martabat wanita dibandingkan dengan kaum laki-laki tetapi merestuinya.ini sudah barang tentu mempengaruhi budaya yang berlaku pada waktu itu.
            Pada kesempatan ini Aristoteles berpendapat bahwa kemiskinan adalah bapaknya revolusi, dan dia juga mengatakan bahwa barang siapa yang sudah merenungi berbagai hal dan seni memerintah manusia, maka yang bersangkutan pasti yakin bahwa nasib suatu imperium tergantung pada pendidikan generasi penerusnya.
            Tuhan baginya muncul karena intelektual manusia belaka,bila alam semesta bermula dari Tuhanmaka awalnya dapat di usut dengan mengetahui tuhan itu sendiri.

PARA FILUSUF ISLAM
AL GHOZALI
Semula Al- Ghozali menolak para filosof memikirkan Allah dan kejadian alam ini secara akal. Oleh karena itu beliau menulis buku berjudul Tahafud al  Falasifah {kesalahan filsafat } karena beliau tidak menyukai pemikiran filosof barat.dan filosof islam yang mengingkari kebesaran Allah Sang Pencipta. Jadi beliau semula menolak eksistensialisme.
Sebagai orang islam yang mendalami ilmu fiqih beliau mengecam filosof yang meremehkan upaya liturgi {ibadah} keagamaan, karena bagi beliau upaya tersebut adalah kewajiban untuk mencapai kesempurnaan, bahkan lebih jauh dari pada itu bagi beliau upaya keagamaan tidak hanya mengerjakan secara lahiriyah, bahkan beliau berhasil membuka tabir rahasia shalat, puasa, haji dan lain-lain.
Namun sebagai pengkaji al- Qur`an beliau kemudian kembali menggunakan akal untuk membahas arti hidup, hikmah al- Qur`an serta kenabian sehingga beliau dianggap berhasil membela kemurnian agama islam. Jadi pikiran para filosof yang selama ini membingungkan dalam mengkaji Tuhan , beliau uraikan dengan filsafat islam itu sendiri.
Menurut al- Ghazali seluruh yang ada dimuka bumi ini tidak terlepas dari perhatian Allah yang maha menyaksikan [as syahid] namun karena ada kehendak manusia yang dibiarkan oleh Allah maka diperlukan manusia untuk perubahannya.

 IBN RUSYH
Menurut Ibn Rusyh hendaknya Umat Islam jangan menolak mentah-mentah filsafat Yunani terutama pemikiran Aristoteles. Itulah sebabnya mengapa beliau dianggap sebagai pembela utama Aristoteles.
Sebagai orang yang berpikir rasional Ibn Rusyh menafsirkan agama dengan akal, namun bukan berarti beliau meninggalkan agama, dalam hal ini Islam, lagipula bukankah ratusan ayat Al- Qur`an berbicara tentang akal, filsafat, dan kewajiban berpikir.
PEMIKIRAN FILSAFAT
Pada bagian yang lalu sudah dibicarakan titik temu logika, etika, dan estetika, yang menjadi persoalan sekarang adalah kapan ketiga kutub raksasa itu harus  bertemu dan kapan harus memisahkan diri karena ketika ketiganya bertemu akan mengurangi kemandiriannya. Untuk itu kita bicarakan penerapan filsafat itu sendiri secara garis besar dan global melalui tataran tersebut dibawah ini. :
TATARAN ONTOLOGI
Objek telaah tataran ontologi adalah yang ada tidak terikat pada suatu perwujudan tertentu,ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya[ Noeng Muhadjir].
Jadi yang menjadi landasan dalan tataran ontologi adalah apa objek yang di telaah, bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut, bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya pikir dan penangkapan manusia.
TATARAN EPISTEMOLOGI
Objek telaah tataran estimologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan yang lain, jadi mengenai tentang situasi dan kondisi ruang serta waktu
mengenai  suatu hal.
Jadi yang mejadi landasan dalam epistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan mendapat pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara memperoleh prosedur kebenaran ilmiah, keindahan seni, dan kebaikan moral
Epistemologi moral menelaah evaluasi epistemik tentang keputusan moral dan teori-teori moral, walaupun hal ini membahas pula metaetik tetapi karena telah mengarah pada makna suatu hal, maka dia menjadi kehilangan arah.
TATARAN AKSIOLOGI
Objek telaah aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari klasifikasinya, tujuan pengetahuan serta pengembangannya. Dengan begitu bila tujuan keilmuan  menyelidiki inseminasi buatan maka dalam prakteknya kita tidak sepantasnya melakukan kepada seorang gadis suci, oleh karena itu ada kajian moral.
Jadi yang menjadi landasan dalam tatanan aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu digunakan?, bagaimana hubungan penggunaan pengetahuan ilmiah dengan moral etika? , bagaimana penentuan objek yang diteliti secara moral ?, bagaimana kaitan prosedur ilmiah dan metode ilmiah dengan kaidah moral?.
Begitu pula kaidah pengembangan seni dengan kaidah moral, sehingga ketika seni tari dangdut Inul Daratista memperlihatkan goyang “persetubuhannya”di atas panggung yang ditonton khalayak ramai, sejumlah ulama` dan seniman lain menjadi berang.
GLOBALISASI
Karena di negri-negri barat para logika diwakili oleh ilmuwan sedangkan etika diwakili oleh para tokoh gereja, maka terjadilah pertentangan antara keduanya ketika temuan ilmiah bertentangan dengan ajaran kristiani yang bersumber dari alkitab. Risikonya ilmuan seperti Galileo Gallilai, Bruno dan Copernicus,  akhirnya didera oleh gereja. Inilah cikal bakal interaksi ilmu dengan moral, lebih kurang dua ratus lima pulh tahun ilmu mulai menyatakan dirinya bebas nilai,bahkan ilmu abstrak berubah menjadi teknologi yang emecahkan masalah praktis  kendatipun akan memunculkan masalah lain, yaitu masalah moral.
            Sekitar abad ke-18 berbagai idiologi mencoba mempengaruhi filsafat ilmu, karena mulai digunakan sebagai revolusi , mulai dari revolusi sosial, revolusi ilmu pengetahuan, revolusi buruh, revolusi kemerdekaan, dan hal inilah yang memunculkan ilmu-ilmu sosial dan ilmu terapan.
            Berbeda halnya dengan di negri-negri islam, para  ilmuannya bahkan dalam proses penemuan-penemuan ilmiah berangkat dari membaca Al-Qur`an.
Hanya sayang kemudian umat Islam tidak lagi berpedoman pada Al-Qur`an dan Al -Hadits sehingga kemudian mereka tenggelam dalam era penjajahan, ketertinggalan, kemiskinan, dan kebodohan. Jadi umat Islam akan dapat lebih maju lagi apabila kembali  berpedoman  kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits serta tidak bersikap sekular.


KEBAIKAN
NILAI MORAL
Apabila kita menempatkan kasih diatas segala-galanya, yang menjadi persoalan adalah apakah kita dapat mengasihi pemerkosaan, perampok, dan pembunuh sadis ? dalam agama islam memang harus mengasihi sesama manusia, terutama anak yatim piyatu, fakir miskin, orang tua jompo, orang dalam perjalanan, dan orang yang sedang menuntut ilmu, bahkan harus memperlakukan hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti yang ditunjukkan Allah dan Rasul, jadi kasih itu di tujukan kepada kebaikan itu sendiri bukan melindungi dekadensi moral.
            Banyak sekali ditemui ilmuwan yang mengatakan disiplin ilmu itu adalah bebas nilai, bahkan ditemui ilmuan meneliti dan menulis tentang rekayasa politik dalam pemerintahan dengan menghalalkan segala cara, dan yang bersangkutan menyetujuinya,secara logika hal ini memang benar tetapi secara moral ini tidak baik.
            Selain daripada itu ditemui moralis yang mencegah terjadinya perang, meniadakan hukuman mati, memperjuangkan hak azasi manusia termasuk pelaku dekadensi moral sekalipun, dengan begitu secara moral hal ini memang baik tapi secara logika tidak benar.
            Fakta empiris nanti yang akan diangkat adalah ilmuan yang lemah dalam hal moral, tapi sebaliknya ada pula moralis yang relatif lemah dalam keilmuan, atau kasarnya orang yang pintar yang tidak berbudi, dan orang berbudi yang bodah.
            Bebeas nilainya sesungguhnya adalah tuntutan yang ditunjukan pada ilmu pengetahuan agar keberadaanya dikembangkan dengan tidak memperhatikan nilai-nilai lain di luar ilmu pengetahuan, tuntutan dasar agar ilmu pengetahuan dikembangkan hanya demi ilmu pengetahuan itu sendiri, oleh karna itu ilmu pengetaahuan tidak boleh dikembangkan dengan didasarkan pada pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan inilah yang menjadi patokan sekularisme yang bebas nilai. Jadi ilmu pengetahuan harus dikembangkan hanya semata-mata berdasarkan pertimbangan ilmiah murni.
            Maksud dari tuntutan ini adalah agar pengetahuan tidak tunduk pada pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan, sehingga malah mengalami distorsi, asumsinya yaitu selama ilmu pengetahuan dalm seluruh prosesnya tunduk pada pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan baik itu pertimbangan politik, agama maupun moral, maka ilmu pengetahuan itu tidak lagi dapat berkembang secara otonom. Apabila demikian berarti ilmu pengetahuan tunduk kepada otoritas lain di luar ilmu pengetahuan, dengan kata lain ilmu pengetahuan kalah terhadap pertimbangan pertimbangan lain, dan dengan demikian ilmu pengetahuan menjadi tidak murni sama sekali (Sonny Keraf, 2001 : 150).
KEBRADAAN BUDI PEKERTI
Budi pekerti, moral atau ahklak sebagaimana adalah berusaha mencari kebaikan sesuai dengan nilai-nilai leluhur agama, adat istiadat, atau bahkan lahir dari kata hati yang suci dengan nurani yang jujur. Hal ini akan menimbulkan etika yang menjadikan kita seorang moralitas (budiman) karena dapat membedakan mana perbutan yang baik dan mana perbutan yang buruk.
Etika mempunyai arti yang sama dengan kata “Kesusilaan”, kata dasarnya adalah susila, kemudian diberi awalan “ke-“ dan diakhri dengan kata”-an”.Susila berasal dari Bahasa Sansekerta, ‘Su” berarti baik dan “ Sila” berarti norma-norma kehidupan  yang baik.
Asal kata “etika” itu sendiri sebenarnya berasal dari kata yunani, yaitu ethos yang berarti watak atau adat. Kata ini identik dengan asal kata “moral” dari bahasa latin Mos (bentuk jamaknya adalah Morse) yang juga berarti adat atau cara hidup. Jadi ke-2nya kata tersebut (etika dan moral) menunjukan cara berbuat yang menjadi adat kerena  persetujuan atau praktek sekelompok manusia (Muhammad Said, 1960: 23)
Dengan demikian etika dapat diartikan sebagai seatu sikap kesediaan jiwa seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat peraturan-peraturan kesusilaan. Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan hukum mempunyai peranan yang besar dalam bidang etika (Malcom Brownlee, 1991: 1)
FILSAFAT KEBAIKAN
Selama ini moralitas menganggap bahwa yang namanya kebaikan adalah menasihi orang lain, merindukan orang lain , mencintai orang lain, menyayangi orang lain menolong dan berbagai orang lain dan dan berbagai kata kebijakan dan kasih sayang lainnya. Tetapi alangkah brutalnya perasaan kita apabila yang kita rindukan , sayangi, cintai dan tolong itu adalah seorang pemerkosa dan pembunuh yang memperlakukan dengan sadis korbanya, misal dengan memotong kuping, kemaluan, mencungkil mata, jantung tidak peduli apakah yang akan diperkosanya itu adalah anak ataupun orang tuanya.
Oleh karena  itu diperlukan marah, dendam, benci, dongkol bahkan perang bila perlu berbagi tindakan dekadensi moral,agar dengan demikian karena seseorang sipelaku kejahatan tersebut di cintai Allah Sang Pengatur Kehidupan. Maka sebagai tindak antisipasi diperlukan hukum kasih, nahi mungkar, karma pala, untuk itu diperlukan ketentuan siapa yang akan menjadi penegak hukum tersebut di atas. Dalam islam disebut dengan yang ulama’ dan ulama’ yang diperintah dicontohkan oleh kebaikan nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau yang kemudian menjadi pemimpin Pemerintahn Islam Medinah selama tiga pulah tahun setelah sepeninggalan beliau ( disebut Khalifah Al-Rasyidah), ataupun kalangan kepemimpinan turunan beliau (disebut Al -Imam Al -Adil) sampai kemudian di tentukan dan ditunggu kehadiran Imam ke 12.
Alangkah naifnya dalam membicarakan kebaikan moral apabiala seorang model mengatakan bahwa sudah terjadi pembunuhan kreativitas ketika yang bersangkutan menyuguhkan fotonya yang seronok dimedia massa dan dikecam beberapa kalangan. Alangkah naifnya pula ketika seorang pejabat menyatakan pembunuhan kreativitas ketika yang bersangkutan membela diri atas strategi penjualan aset negara kepada negara lain atau strategi tender yang memenangkan kroni tertentu.
YANG MAHA SUCI
Puncak kebaikan itu sendiri adalah Allah Yang Maha Suci ( Al-Quddush),untuk itu untuk  pedzikir akan mengucapkan “Subhanallah” sebanyak tiga puluh kali setelah shalat pagi (subuh) dan sore (maghrib) sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Secara umum segala perbuatan menolong orang lain dianggap selamanya baik tetapi yang ditolong itu adalah penjahat sudah barang tentu tidak benar walaupun baik, jadi kita tidak dibenarkan menolong para pecundang . Agama Kristen, baik katholik maupun protestan dengan segala sektenya, begitu pula agama Budha mengajarkan agar senantiasa menempatkan kasih di atas segala-galanya, mereka mengharamkan perang universal.
Berbeda dengan agama yahudi dan hindu, orang yahudi bahkan memiliki Sekte Tangan Tuhan untuk melakukan pembantaian pada lawan politiknya, sedangkan Kitab Suci Bhagawat Ghita dalam agama hindu diturunkan menjelang perang raksasa Bharata Yhuda, artinya akan lahir nasehat tentang ketegaran hukuman.
Jadi apabiala ada orang yang berkata bahwa semua agama itu baik, maka hal ini hanya  berlaku bagi agama Kristen dan Bhuda begitu juga dengan keberadaan ajaran Tao. Tetapi pada sisi lain kalau ada orang yang mengatakan bahwa semua agama itu benar maka hanya dapat berlaku agama Yahudi dan Hindu begitu pula untuk keberadaan ajaran Tao Kong Fut Tse. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi senantiasa memenangkan perlombaan Hadiah Nobel untuk kajian kebenaran ilmu pengetahuan. Tetapi realitasnya sangat ironik, dari tahun ke tahun hanya membantai orang lain (Palestina) kerena patokanya benar bukan kebaikan.
*      BAB 5. KEBENARAN
Ø  ILMU PENGETAHUAN
Orang yang sudah tahu  sudah tentu berbeda dengan orang yang tidak tahu. Ada beberapa jenis untuk membedakan orang yang tahu dengan yang tidak tahu.
Pertama berdasarkan tingkat pengetahuan orang tersebut :
1.      Orang yang tahu ditahunya.
2.      Orang yang tahu di tidak tahunya.
3.      Orang yang tidak tahu ditahunya.
4.      Orang yang tidak tahu di tidak tahu nya.
Kedua berdasarkan luasnya wilayah jangkauan sesuatu yang perlu diketahui, menurut Joseph Luth dan Harrington ingham dalam Joharry Window dibagi atas :
1.      Saya tahu orang lain juga tahu.
2.      Saya tahu tetapi orang lain tidak tahu.
3.      Saya tidak tahu tetapi orang lain tahu.
4.      Saya tidak tahu orang lain juga tidak tahu.
Pada prinsipnya tahu itu adalah terdiri dari sebagai berikut :
1.      Tahu mengerjakan (know to do).
2.      Tahu bagaimana (know how).
3.      Tahu mengapa (know why).
Itulah sebabnya lahir berbagai kajian pokok dalam pengetahuan antara lain:
1.      Ontologi
Adalah teori tentang ada dan realistis. Meninjau  persoalan  ontologism adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realistis dengan refleksi rasional serta analisis dan sintesis logika. Jadi yang pertama dalampengetahuan dikenal dulu mengenai “ada” dan “apa” tentang suatu hal.
2.      Epistemology
Adalah bagaimana sesuatu datang dan bagaimana kita mengetahuinya, serta bagaimana kita membedakannya dengan yang lain. Bagaimana adalah pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi dimensi ruang dan waktu sesuatu tersebut.
3.      Aksiologi
Adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan pengetahuan itu sendiri, akhirnya dilihat perkembangannya.

Di dalam pengetahuan inilah dikenal berbagai ilmu, berbagai moral, berbagai seni yang secara keseluruhan disebut dengan logika, etika dan estetika. Apabila antara ketiganya dipisahkan, penulis menyebutnya dengan sekularisme.
Apa, bagaimana dan untuk  apa kegunaan ilmu itu sendiri, perlu dipertanyakan dalam keberadaan filsafat ilmu, apakah ilmu terpisah dengan moral dan terpisah pula dengan seni adalah pertanyaan berikutnya.
Ilmu adalah suatu objek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, rumus, yang melalui percobaan sistematis dan dilakukan berulangkali, telah teruji kebenarannya; prisip-prinsip, dalil-dalil, rumus-rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari (Sondang P. Siagian).
Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun sestematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya (Soerjono Soekanto). Itulah sebabnya syarat-syarat ilmu harus memiliki objek, terminology, metodologi, filosofis dan teori yang khas (Prajudi Atmosudirdjo) atau memiliki objek, metode, sistematika yang khas dan harus universal (Hadari Nawawi).
Pengetahuan (knowledge) yang dapat dikenali (identify), dapat diterangkan (explain), dapat dilukiskan (describe), dapat diperkirakan (predict), dapat dianalisis (diagnosis), dan dapat diawasi (control) akan menjadi suatu ilmu (science), (Taliziduhu Ndraha).
Dari pendapat tersebut di atas maka setiap ilmu sudah pasti pengetahuan, tetapi setiap pengetahuan belum tentu sebagai ilmu, Saat ini tampaknya sebagian besar pakar membagi ilmu atas ilmu-ilmu eksakta dan ilmu-ilmu social yang pada satu titik tertentu sangat sulit dibedakan, namun pada titik yang lain sangat berbeda satu sama lain.
Ilmu-ilmu eksakta mempunyai objek fakta-fakta dan benda-benda alam serta hukum-hukumnya pasti dan tidak dapat dipengaruhi oleh manusia. Sedangkan ilmu-ilmu social hukum-hukum nya relatif tidak sama dalam berbagai ruang dan waktu, dibandingkan ilmu-ilmu eksakta (ilmu pasti) dalam arti selalu ada perubahan yang terhantung pada situasi dan kondisi lingkungan, bahkan bisa dipengaruhi dan diatur (rekayasa) oleh manusia.
Ilmu pengetahuan lahir karena masyarakat menghendakinya. Sebagai contoh dapat dilihat bagaimana akuntansi ingin memisahkan diri dari ilmu ekonomi, koperasi juga mencoba menjadi ilmu yang berdiri sendiri hanya saja tidak universal, administrasi pemerintah ingin memisahkan diri dari administrasi Negara. Sedangkan administrasi Negara saja, masih memiliki berbagai paradigma apakah berinduk kepada ilmu administrasi atau pada ilmu politik. Disamping itu pemerintah terbentuk dengan sejumlah paradigma yang sebagian bertumpang tindih dengan ilmu adinistrasi Negara atau dikenal juga sebagai ilmu administrasi politik.
Jadi ilmu-ilmu social meliputi berbagai ilmu administrasi (pembangunan, Negara, fiscal, niaga, kepegawaian dan prkantoran), berbagai ilmu ekonomi (ekonomi pertanian, mikro, makro, social, akuntansi dan keuangan), berbagai ilmu hukum (perdata, pidana, adat, islam, waris), serta disiplin ilmu social lainnya seperti ilmu politik, ilmu pemerintah, ilmu jiwa (psikologi), sosiologi, jurnalistik, perhotelan, kepariwisataan, sejarah, antropologi, arkeologi, komunikasi, manajemen, akuntansi, perpustakaan, hubungan internasional dan ilmu Negara.
Ilmu-ilmu eksata meliputi berbagai ilmu teknik (seperti pemesinan kapal, nuklir, metalurgi, petrokimia, informatika, planologi, industry, metereologi, computer, geofisika, geologi, geodesi, pertanian, perminyakan, mesin, elektro, pertambangan kimia, sipil, dan arsitektur), berbagai ilmu kedokteran (seperti kedokteran gigi, anak, penyakit dalam, penyakit khusus, bedah, kebidasnan, bedah mullut, kesehatan masyarakat, keperawatan, kelamin dan peyakit mata), berbagai ilmu alam (seperti geofisika, bumi, ruang angkasa dan pesawat), berbagai ilmu matematika (seperti ilmu ukur ruang, ilmu ukur sudut dan aljabar, berbagai ilmu hewan (seperti kedokteran hewan, biologi, lingkungan dan peternakan.), berbagai ilmu tumbuh-tumbuhan (seperti pertanian dan kehutanan), berbagai ilmu kimia, ilmu tanah, ilmu computer, farmasi, agronomi, geografi dan statistic.
Dismping itu dalam pengkajian ilmu-ilmu keislaman juga ditemuan berbagai ilmu nahwu , tafsir, ilmutajwid, ilmu qiro`ah dan  balaghoh,ilmu fiqih dan usul fiqih, ilmu hadts, ilmu tasawuf, ilmu qalam,ilmu arudh atau syair-syair Al Qur`an,dan berbagai ilmu syarf.
Semula ilmu  filsafat dianggap sebagai induknya ilmu, hal ini sama dengan  keinginan filosof islam yang menjadikan Al-Qur`an sebagai disiplin ilmu karena memang ilmu – ilmu esakta  dan sosial dibicarakan dalam Al-Qur`an yang selain bernama Al-Furqon (pembeda), juga bernama Al hikmah (filsafat).
Dalam pennerapannya ilmu dapat dibedakan menjadi:
1.      Ilmu murni (pure science)
2.      Ilmu praktis (applied sciece)
3.      Ilmu campuran
Sedang dalam fungsi kerjanya ilmu juga dapat  d ibedakan :
1.      Ilmu teoritis rasional
2.      Ilmu empiris praktis
3.      Ilmu teoritis empiris

Ø  KEBERADAAN AKAL
Akal dipergunakan dengan mengoperasionalkan otak, berusaha mencari kebenaran sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan kita masing-masing. Hal ini akan menimbulkan logika yang menjadikan kita seorang intelektual, karena dapat membedakan antara yang benar dan yang salah secara tepat.
      Logika berasal dari bahasa yunani “logos” yang berarti pengetahuan. Ilmu ataupun masuk akal yaitu yang berhubungan dengan caa berpikir,dengan demikian logika merupakan suatu tehnik yang mementingkan segi formal ilmu pengetahuan, karena dalam logika kita harus menghormati berbagai cara,aturan, teori, dan metode agar suatu pernyataan menjadi syah.
      Apabila ilmu itu bebas nilai disebut sbg sekuler, maka akan terjadi ketiranian karena nilai adalah gagasan berharga yang indah dan baik. Seorang ilmuan bisa saja berkata benar tapi tidak baik dan tidak indah. Missal , : ketika yang bersangkutan mengucapkan untuk tidak terkena penyakit kelamin maka pakailah kondom untuk bersetubuh dengan seorang pelacur. Perkataan  ini benar  secara logika tetapi tidak baik secara moral dan tidak indah dalam seni bergaul. Kata-kata ini lebih tidak bermoral bila diucapkan oleh seorang mentri kesehatan ataupun pakar seksologi popular, sebab antara logika, etika, dan estetika harus berdialektika sebagaimana yang penulis uraikan berikut nanti secara filosofis.

Ø  FILSAFAT KEBENARAN

Þ    FILSAFAT KEBENARAN

Plato pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Dalam waktu belakangan Bardley seakan menjawab bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Jadi untuk membuktikan bahwa hari benar-benar hujan, kita harus membedakan dengan melihat kenyataan yang terjadi di luar rumah.
Tetapi kenyataan yang terjadi sekarang tidak seluruhnya berupa kebenaran, bahkan yang tidak seharusnya terjadi akhirnya terjadi juga karena das solen tidak sama dengan das sein. Di muka bumi ini berapa banyak kita melihat ketidak benaran, seperti berbagai penindasan, penjajahan dan rekyasa.
Seorang murid Plato bernama Aristoteles, menjawab pertanyan sehunya ini dengan berpendapat bahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, artinya kebenaran bagi seseorang adalah tidak benar bagi yang lain, sehingga kemudian lahirlah kebenaran relative dan kebenaran mutlak.
Sekarang agar penelitian cenderung lebih objektif, maka seorang peneliti yang bertanya kepada seorang responden yang berpendapat subjektif, perlu ditanyakan kepada beberapa responden lain yang memenuhi syarat agar valid (dalam islam disebut shahih) itupun harus diuji kebenarannya, bahkan terkadang dalam kurun waktu tertentu kebenaran itu berubah sesuai corak berfikir manusia (paradigma).
Banyak pakar ilmu filsafat yg menganggap benar bhw pengetahuan itu terdiri atas sebagai beikut :
1.      Pengetahuan Akal
2.      Pengetahuan Budi
3.      Pengetahuan Indrawi
4.      Pengetahuan Kepercayaan (otoritatif)
5.      Pengetahuan Intuitif.

Selanjutnya utk melihat sesuatu itu benar atau tidak benar,ada beberapa criteria sbb.
Kebenaran Korespondensi  adlh kebenaran yg sesuai antara pernyataan dg fakta di lapangan. Misalnya bila dinyatakan Sengkon dan Karta(nama org) bersalah, lalu dihukum 5 tahun maka Sengkon dan Karta harus benar2 melakukan kejahatan itu,bukan sekadar membuktikan dg berbagai berita acara. Apabila Sengkon dan Karta tdk melakukan mak secara kebenaran korespondensi itu tdk benar.
Kebenaran Koherensi adlh kebenaran atas hubungan antara dua pernyataan. Misalya ketika dinyatakan bhw monyet mempunyai hidung pd pernyataan pertama, dan pada pernyataan kedua dinyatakan manusia juga mempunyai hidung. Apabila diberikan kesimpulan, bhw monyet sama dg manusia, maka menurut  kebenaran koherensi itu tdk benar krn hidung bukan sebagai syarat sesuatu yg dinyatakan sbgi monyet,apalagi manusia krn manusia dan monyet ada yg tdkmempunyai hidung (cacat), jadi  hanya untuk pernyataan bhw manusia dan monyet sebagian besar mempunyai hidung.
Kebenaran Pragmatis adlh kebenaran hanya dlm salah satu konsekuensi saja.Kelemahan kebenaran ini adlh  apabila kemungkinannya luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak belakang. Misalnya , semua yang teratur ada yang mengatur, dlm hal ini kita tdk membicarakan yg tdk teratur. Dengan adanya yg mengatur peredaran darah  dalam tubuh maka tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada yg mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yg mengatur yaitu Tuhan, krn hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yg mengatur dan tdk ada yg mengatur, apabila diterima salah satu maka yg dicoret karena bertolak belakang.



0 komentar:

Posting Komentar